Beranda » Agama » Bahasa Arab » Nahwu » Dzonna Wa Akhwatuha (ظَنَّ Zhonna dan Saudaranya) Beserta Contohnya

Dzonna Wa Akhwatuha (ظَنَّ Zhonna dan Saudaranya) Beserta Contohnya

Dzonna Wa Akhwatuha (ظَنَّ Zhonna dan Saudaranya) Beserta Contohnya

jumanto.com – ظَنَّ dan saudaranya. Di materi ini kita akan mempelajari Dzonna Wa Akhwatuha, melanjutkan kajian kitab Jurumiyah sebelumnya tentang kana dan inna wa akhawatuha.

Dhonna dan saudaranya adalah salah satu dari 3 amil yang bisa masuk pada jumlah ismiyah (susunan mubtada dan khobar).

Pengamalan dzonna wa akhawatuha, artinya, dan contohnya akan kita bahas di materi kali ini.

Sebelum belajar kaidah tata bahasa arab dzonna dan saudaranya, silakan baca materi di bawah ini jika sebelumnya ketinggalan belum baca:

Pengertian Dzonna Wa Akhwatuha

Dzonna wa akhwatuha adalah fi’il-fi’il yang menashabkan mubtada’ dan khobar mubtada’ yang kemudian menjadikan dua maf’ulnya.

Berbeda dengan kana yang menashabkan khobar, dan inna yang menashabkan isim (mubtada), dzonna justru menashabkan keduanya.

Kenapa?

Karena keduanya menjadi maf’ul dari dzonna, sehingga keduanya dibaca nashab.

Dzonna Wa Akhwatuha

Mari kita masuk ke teks kitab Jurumiyah di bawah ini:

وَأَمَّا ظَنَنْتُ وَأَخَوَاتُهَا فَإِنَّهَا تَنْصِبُ الْمُبْتَدَأَ وَالْخَبَرَ عَلَى أَنَّهُمَا مَفْعُولَانِ لَهَا،

Adapun dhonantu dan saudara-saudaranya maka sesungguhnya ia menashabkan mubtada dan khobar, karena sesungguhnya keduanya (mubtada dan khobar) menjadi maf’ul bagi dhonantu wa akhawatuha.

Contohnya di kalimat berikut:

ظَنَنْتُ زَيْدًا قَائِمًا

Aku mengira Zaid berdiri.

Lafadz زَيْدًا  dan قَائِمًا, keduanya merupakan maf’ul bih dari ظَنَنْتُ sehingga dibaca nashab.

Tanda nashabnya dengan fathah, karena merupakan isim mufrad.

Zhonna dan Saudaranya Beserta Contohnya

Lanjut ke materi pembelajaran kitab Jurumiyah berikut ini:

وَهِيَ: ظَنَنْتُ، وَحَسِبْتُ، وَخِلْتُ، وَزَعَمْتُ، وَرَأَيْتُ، وَعَلِمْتُ، وَوَجَدْتُ، وَاتَّخَذْتُ، وَجَعَلْتُ، وَسَمِعْتُ؛ تَقُولُ: ظَنَنْتُ زَيْدًا قَائِمًا، وَرَأَيْتُ عَمْرًا شاخصًا، وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ

Dhonna wa akhwatuha terdiri atas dhonantu, hasibtu, khiltu, za’amtu, roaitu, ‘alimtu, wajadtu, it-takhadztu, ja’altu, dan sami’tu. Kamu katakan: ظَنَنْتُ زَيْدًا قَائِمًا, lalu رَأَيْتُ عَمْرًا شاخصًا, dan yang serupa dengannya.

Jadi, zhonna dan saudara-saudaranya berupa:

1. Dhonna (ظَنَّ)

Dzonna artinya menyangka, mengira.

Contohnya di dalam Al Quran:

فَقَالَ لَهُ فِرْعَوْنُ إِنِّي لَأَظُنُّكَ يَا مُوسَى مَسْحُورًا

(Lalu Fir’aun berkata kepadanya: “sesungguhnya aku sangka kamu, hai Musa, seorang yang kena sihir”)

Dhomri كَ dan مَسْحُورًا berkedudukan nashab, karena menjadi maf’ul dari dhonna.

Terkadang dhonna juga berfaidah yaqin.

Contohnya di dalam Al Quran:

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو رَبِّهِمْ

(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya)

2. Hasiba (حَسِبَ)

Hasiba juga berarti mengira.

Contohnya:

حَسبْتُ حَامدًا صَادِقًا

Aku mengira Hamid itu jujur.

حَامدًا dan صَادِقًا berkedudukan nashab karena menjadi maf’ul dari lafadz hasiba.

Contoh lainnya di dalam Al Quran:

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ

Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.

اللَّهَ dan غَافِلًا dii’rabi nashab.

3. Khola (خَالَ)

Khoola artinya membayangkan.

Contohnya:

خلْتُ اُسْتَاذًا حَاضرًا

(Aku membayangkan Pak Guru itu Hadir)

اُسْتَاذًا dan حَاضرًا keduanya menjadi maf’ul dari khoola sehingga dibaca nashab.

4. Za’ama (زَعَمَ)

Za’ama artinya mengira.

Contohnya:

 

Contohnya di dalam Al Quran:

زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا

Orang-orang yang kafir mengira bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.

5. Ro’a (رَأَى)

Ro’a artinya melihat.

Contohnya di Surat Yusuf ayat 4:

رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ

Aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan.

6. ‘Alima (عَلِمَ)

Alima artinya mengetahui.

Contohnya:

عَلِمْتُ خَالِدًا تَاجِرًا

Aku tahu kholid itu seorang pedagang.

7. Wajada (وَجَدَ)

Wajada artinya mendapati.

Contohnya di surat Ad-dhuha ayat 7:

وَوَجَدَكَ ضَاۤلًّا فَهَدٰىۖ

dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.

Dhomir كَ dan ضَاۤلًّا adalah dua maf’ul dari wajada.

8. It-takhodza (اتَّخَذَ)

Ittakhodza artinya menjadikan.

Contonya;

اتخذت طالبَ العلم صديقاً

Ittakhodztu thoolibal ‘ilmi shadiiqan.

Aku jadikan penuntut ilmu itu sebagai teman.

9. Ja’ala (جَعَلَ)

Ja’ala artinya menjadikan.

Contohnya di Surat Al Maidah ayat 97:

جَعَلَ اللّٰهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيٰمًا لِّلنَّاسِ

Allah telah menjadikan Ka‘bah rumah suci tempat manusia berkumpul.

الْكَعْبَةَ dan قِيٰمًا  adalah dua maf’ul dari lafadz ja’ala.

10. Sami’a (سَمِعَ)

Sami’a artinya mendengar.

Contohnya:

سَمِعْتُ مُحَمَّدًا مَرِيْضًا

Aku mendengar bahwa Muhammad sakit.

Nah, itulah i rab dzonna dan saudaranya beserta contohnya.

Kesimpulan

Dzonna dan saudaranya adalah fi’il yang membutuhkan dua maf’ul.

Dengan demikian, mubtada dan khobar yang dimasuki amil dhonna, keduanya akan menjadi maf’ul dan dibaca nashob.

Demikian materi Dzonna Wa Akhwatuha (ظَنَّ Zhonna dan Saudaranya) Beserta Contohnya. Baca juga: materi nahwu shorof lengkap.