Beranda » Pendidikan » 9 Alasan Mengapa Saya Kuliah Di STAN, No 4 Itu Gak Disangka

9 Alasan Mengapa Saya Kuliah Di STAN, No 4 Itu Gak Disangka

Alasan Mengapa Saya Kuliah Di STAN

jumanto.com – Mengapa Saya Kuliah di STAN? Apakah masuk STAN perlu pikir 2 kali mempertimbangkan gaji lulusan, biaya kuliah dan lokasi kampus ada di mana? Gimana sih rasanya kuliah di STAN? Apa sih istimewanya STAN? Iya, STAN, bukan SETAN. STAN itu loh, kependekan dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, yang sekarang sudah berubah nama menjadi Politeknik Keuangan
Negara STAN (PKN STAN).

Dari lulus SMA, saya tidak ragu lagi bahwa tujuan pertama saya adalah masuk STAN.

Tidak ada yang lain.

UGM, UI, ITB, IPB, UNPAD, UNDIP, UNY, dan kampus-kampus lainnya tidak saya lirik.

Kenapa?

Apakah kampus-kampus tersebut bukan kampus bagus?

Bukan begitu.

Sobat tentu sudah tahu sendiri, kualitas UI dan UGM.

Belum IPB dan ITB.

Mereka adalah kampus-kampus terbaik di negeri ini.

Namun, dengan berbagai pertimbangan, di tahun 2006, selepas lulus SMA saya tidak ikut SPMB/UMPTN.

Baca juga:

Berbagai Alasan Mengapa Saya Kuliah Di STAN

Saya hanya mengikuti seleksi di 2 kampus kedinasan, USM STAN dan USM STIS. Lalu mengapa STAN menjadi pilihan utama?

Jawabannya, ada beberapa alasan mengapa saya kuliah di STAN, yaitu:

1. Alasan pertama mengapa kuliah di STAN: keterbatasan biaya

Tahun 2006, jujur saja saya tidak tahu apakah sudah ada atau belum beasiswa Bidikmisi.

Tapi setahu saya belum ada.

Kurangnya informasi di masa-masa SMA mengeni beasiswa di kampus-kampus juga membuat saya tidak berani mencoba mendaftar di kampus-kampus non ikatan dinas.

Alhasil, di pikiran saya cuma ada STAN dan STIS mengingat dua kampus ini memiliki rating yang bagus dibanding kampus-kampus ikatan dinas lain macam IPDN atau STTD.

Di STAN sendiri, biaya kuliah benar-benar gratis.

Tidak ada uang SPP, tidak ada uang sumbangan bangunan, tidak ada uang ujian, tidak ada uang buku dan sebagainya.

Jika setiap semester mahasiswa di kampus-kampus lain harus dipusingkan dengan uang semesteran, kita mahasiswa STAN santai-santai saja menghadapi semester berikutnya setelah ada pengumuman bahwa kita tidak kena DO.

Untuk buku-buku pun selama saya kuliah di STAN tidak beli.

Biasanya dikasih atau dipinjami dari perpustakaan.

Sering juga bahan materi cuma dari power poin yang diberikan oleh dosen sambil searching sendiri materinya.

Kesimpulannya: STAN ini benar-benar gratis, tinggal memikirkan biaya bulanan untuk makan, kos, fotokopi, dan keperluan pribadi lainnya.

Baca juga:

2. STAN adalah salah satu kampus terbaik di negeri ini

Sudah tidak diragukan lagi, bahwa STAN merupakan salah satu kampus terbaik di negeri ini.

Pengakuan tidak haya datang dari masyarakat, para pengguna lulusan STAN pun sudah mengakui bahwa kampus ini telah mencetak pegawai-pegawai dengan kinerja yang dapat diandalkan.

Tidak mengherankan jika STAN mampu mencetak lulusan yang demikian, dari persyaratan pendaftaran pun sudah ada seleksi kompetensi calon mahasiswa.

Seorang lulusan SMA sederajat, hanya dapat mendaftar STAN jika rata-rata nilai di Ijazah minimal 7,00, bukan hasil pembulatan.

Jadi tidak semua orang dapat mendaftran STAN, hanya yang nilainya memenuhi ambang batas minimal.

Sudah dibatasi dengan nilai pun, ternyata pendaftar STAN masih membludak.

Berikut ini data pendaftar STAN dari 2005-2016 (data tahun 2015 belum dapat):

Tahun Pendaftar Diterima Presentase
2005 81.920 3.725 4,55%
2006 119.628 2.368 1,98%
2007 125.285 2.014 1,61%
2008 95.365 2.325 2,44%
2009 88.744 2.336 2,63%
2010 113.545 3.770 3,32%
2011 53.646 1.592 2,97%
2013 88.079 4.954 5,62%
2014 103.175 4.467 4,33%
2016 112.666 3.650 3,24%

Sebagai perbandingan, jumlah peserta SBMPTN Tahun 2016 ada 721.326 orang untuk 78 perguruan tinggi negeri.

Sedangkan jumlah pendaftar STAN 2016 ada 112.666, lebih dari 1/7 nya pendaftar SBMPTN 2016, dan itu hanya pendaftar 1 kampus.

Tahun 2016 ini peserta hanya dapat mendaftar 1 saja di antara sekian sekolah kedinasan.

Yang sudah mendaftar STIS, STTD, STSN, Poltekip, AIM, IPDN, STMKG, tidak diperbolehkan mendaftar STAN.

Jika mendaftar lebih dari 1 sekolah kedinasan maka dinyatakan gugur.

Jika mereka diperbolehkan mendaftar lebih dari 1 sekolah kedinasan, jumlah pendaftar STAN tahun 2016 saya yakin lebih dari 112ribu orang.

Dari pendaftar sebanyak itu, akan dipilih yang terbaik sehingga input dari STAN memang benar-benar yang terbaik.

Adapun terkait kasus Gayus Tambunan dan beberapa kasus alumni STAN lainnya, mereka hanyalah beberapa dari sekian ratus ribu alumni STAN yang telah mengabdi untuk negara ini.

Dan itu sama sekali tidak mewakili alumni STAN semuanya bermoral bejad.

Koruptor-koruptor pun banyak yang berasal dari perguruan tinggi ternama lain, lalu apakah kampus-kampus tersebut akhirnya dibilang kampus koruptor?

Jangan sampai “nila setitik merusak susu sebelanga”.

Baca juga:

3. Pergaulan di kampus STAN yang baik

Jangan samakan pergaulan mahasiswa STAN dengan kampus lain.

Sangat berbeda.

Jika di kampus lain suka pacaran, membawa pacar ke kamar kosnya sampai menginap cuma berduaan, narkoba dan minum-minuman keras, dan berbagai kegiatan negatif lainnya, di lingkungan kampus STAN tidak akan ada yang demikian.

Kalau begadang, biasanya mahasiswa sukanya main PS, atau mengerjakan tugas kelompok.

Tidak ada kegiatan begadang menghisap sabu.

Hal ini juga didukung oleh masyarakat sekitar kampus yang memang ketat dengan hal-hal berbau maksiat semacam kumpul kebo dan narkoba.

Status Jomblo di kampus STAN juga bukan hal yang memalukan.

Malahan mayoritas berstatus jomblo.

Lagian, kalau pacaran sesama mahasiswa STAN, ujung-ujungnya bakalan dipisah pada saat penempatan, dan pisahnya pun bisa berjarak antara Sabang sampai Merauke, mengingat alumni STAN memang ditempatkan di seluruh penjuru tanah air.

Intinya, pergaulan di Kampus STAN sangat berbeda dengan pergaulan di kampus-kampus lain.

Saya sudah membuktikan sendiri karena saya pernah tinggal di kompleks kos-kosan mahasiswa, serta beberapa kali juga main ke Jogja.

Baca juga:

4. Tidak ada perpeloncoan saat Ospek

Di kampus STAN, pada saat Dinamika (OSPEK) dulu tidak ada yang aneh-aneh.

Biasa-biasa saja.

Dan juga tidak ada kekerasan, pemukulan, penendangan, dan hal-hal berbau kekerasan lainnya.

Semua mahasiswa STAN baik kakak kelas maupun adik kelas bergaul akrab, semuanya merasa senasib sepenanggungan, tidak ada rasa lebih senior atau lebih kuat.

Suasana pergaulan anak-anak STAN benar-benar keren dan selalu bikin kangen untuk kumpul-kumpul lagi seperti mahasiswa dulu.

Baca juga:

5. Sahabat lintas suku dan pulau selama kuliah di STAN

Mahasiswa STAN berasal dari seluruh Indonesia, dan dari ujung Sabang sampai Merauke ada di Kampus yang beralamat di Bintaro ini.

Enak juga kan punya kawan dari Papua, NTT, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Medan, dan berbagai penjuru tanah air.

Meskipun demikian, mayoritas mahasiswa tetap merupakan mahasiswa asal Jawa.

Tidak mengherankan, bahasa nasional di STAN adalah bahasa Jawa.

Darimanapun sobat berasal, setelah merasakan kuliah di STAN, sobat akan tahu bahasa Jawa, dan bisa jadi malah lancar berbahasa jawa.

Kawan-kawan saya dulu dari Kalimantan, Sumatera, Bali, dan daerah lain juga bisa berbahasa Jawa setelah kuliah di STAN.

Kalaupun tidak bisa, minimal bisa memahami saat ada orang bicara menggunakan bahasa Jawa. Bahkan, mereka pun bisa mengenal bahasa Ngapak Banyumasan.

Baca juga:

6. Uang saku mahasiswa STAN

Meskipun jumlahnya tidak besar, cuma 40 ribu rupiah per bulan, dan itupun dirapel 3 bulan sekali, dan hanya diberikan kepada mahasiswa tingkat akhir, setidaknya bukan hanya kuliahnya yang gratis, para mahasiswa juga diberikan uang saku.

Kalau saya sih tahun 2008/2009 lalu, uang 40 ribu masih lumayan besar. Kalau sekarang, uang segitu sehari dua hari saja sudah habis. Mudah-mudahan uang saku mahasiswa PKN STAN bisa dinaikkan seperti kampus kedinasan lainnya.

Baca juga:

7. Biaya hidup di kampus STAN masih murah

Kos-kosan di sekitar STAN banyak sekali dengan berbagai harga yang bisa disesuaikan dengan kantong mahasiswa. Dari yang murah sampai yang wah ada.

Pengalaman saya selama 3 tahun kuliah di STAN, biaya kos waktu itu 1,5 juta per bulan.

Sedangkan untuk makan, sekali makan waktu itu cukup 2.500 rupiah s.d 3ribu, pakai sayur dan tempe.

Saya biasanya makan sehari dua kali, siang dan sore, jadi sehari cukup 6ribu saja.

Satu bulan, untuk biaya makan tidak sampai 200ribu.

Cukup murah bukan?

Kalau sekarang ya sudah pasti harga sudah naik, tapi tetap saja biaya hidup lebih murah dibandingkan dengan makan di tempat lain.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, dulu saya mengambil kerjaan mengajar les privat.

Per pertemuan (1,5 jam) ada yang membayar 50 ribu rupiah, ada yang 70 ribu, bahkan ada yang 100ribu.

Itu tahun 2007-2009 lalu.

Yang mau membayar saya 100ribu per 1,5 jam, ternyata beliau ini beberapa waktu lalu menjabat Wakil Menteri Perhubungan di era Presiden SBY. Rumahnya persis ada di depan Kampus STAN.

Update: Kos-kosan di Sekitaran Kampus STAN sekarang mahal.

8. Jaminan kerja setelah lulus kuliah dari STAN, nggak ada istilah alumni STAN nganggur

Setiap mahasiswa STAN, sebelum mengikuti proses perkuliahan, diharuskan menandatangani perjanjian ikatan dinas.

Jika ada mahasiswa yang mengundurkan diri di pertengahan proses perkuliahan, diharuskan membayar ganti rugi.

Setelah lulus dari kampus STAN, alumni akan ditempatkan di Kementerian Keuangan, dan bisa juga di BPK, BPKP, atau instansi lain yang membutuhkan.

Mereka akan menjalani masa ikatan dinas dengan formula 3n+1.

Mahasiswa D3 akan menjalani ikatan dinas 10 tahun dan D1 4 tahun.

Beberapa tahun terakhir, memang alumni STAN diharuskan mengikuti TKD untuk diangkat menjadi CPNS, berbeda dengan lulusan kami tahun 2009 yang otomatis diangkat sebagai CPNS.

Namun, mulai tahun 2016 ini, TKD sudah dilaksanakan di awal, yaitu pada saat USM STAN, sehingga nanti setelah lulus bisa diangkat langsung sebagai CPNS. Demikian info yang saya terima.

Meskipun demikian, sebenarnya banyak juga Alumni STAN yang keluar dari PNS dan malah sukses di luar sana lho.

Baca juga:

9. Gaji lulusan STAN yang lumayan dibandingkan gaji PNS pada umumnya

Alumni STAN kebanyakan ditempatkan di Kemenkeu, BPK, dan BPKP.

Jika bisa ditempatkan di Kemenkeu atau BPK, maka beruntung sekali bisa mendapatkan gaji yang lebih tinggi dibandingkan dengan gaji PNS di instansi lain.

Apalagi kalau ditempatkan di Direktorat Jenderal Pajak, yang merupakan instansi dengan gaji tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya, rasanya bikin iri PNS yang lainnya hehehe.

Gaji alumni STAN D1 atau D3 Pajak yang kerja di DJP memang paling besar di antara yang lain.

Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu memperhatikan gaji orang lain. Apa yang saya peroleh selama ini saya rasa lebih dari cukup dan alhamdulillah bisa mengepulkan asap dapur.

Jika kita melihat betapa susahnya orang mencari kerja di luar sana, bekerja keras banting tulang dengan gaji yang kadang tidak layak, alangkah bersyukurnya kita bisa mendapatkan gaji plus tunjangan kinerja dan uang makan.

Besar atau kecil, banyak atau sedikit, cukup atau kurang, sebenarnya tergantung cara pandang kita dan cara kita mengelola.

Terkadang orang selalu merasa kurang karena gaya hidupnya yang besar pasak daripada tiang.

Akhir Kata

Ada banyak alasan mengapa saya pilih STAN dulu saat kuliah.

Nah, itulah beberapa apalasan mengapa saya kuliah di STAN. Baca juga: Pengalaman Kuliah Di STAN.